• "Aku Ada Untuk Mengabadikanmu, Bersamamu Kulihat Dunia Nyata"

    Ritual Budaya di Malam Purnama


    Oleh: M. Syarifuddin*


    Salah satu penampilan lelakon pada pagelaran seni Padang Bulan
    Cuaca tatkala malam itu terlihat mendung, hampir saja mengurungkan niat saya untuk melihat pagelaran seni padang bulan di Candi Jawi Teretes-Pandaan. Karena sudah menjadi planing saya satu hari kemarin, faktor cuaca seakan hanya menjadi asap sangit saja pada malam itu. Karena khawatir terlambat, menginjak waktu isya’ saya langsung meluncur ke lokasi acara pagelaran seni, nampak disitu beberapa personil pemain masih mempersiapkan acaranya, yang berati suatu tanda acara masih belum dimulai. Dengan backround panggung yang langsung menghadap candi, seakan pagelaran seni yang di selenggarakan tiap bulan purnama ini teramat kental nuansanya. Mumpung acara masih belum dimulai, saya menyempatkan berkeliling di area Candi Jawi sambil melihat-lihat bagaimana persiapan pemain pada nantinya. Pagelaran seni padang bulan kali ini 26 Maret 2013 akan menampilkan beberapa tarian tradisional dan aksi dari “Reog Turonggo Seto” yang mengangkat tentang legenda Reog Ponorogo. Belum lama saya berkeliling tempat acara dan berbincang-bincang dengan salah satu warga setempat mengenai rutinitas pagelaran seni ini, kehawatiran sayapun terbukti rintik-rintik hujan yang teramat sangat berlahan membasahi lokasi acra ini, tetapi beberapa pemain masih juga sangat antusias untuk tetap berlatih bersama walaupun tak beratapkan apa-apa, tapi tak berselang lama cuaca kembali bersahabat sekalipun rintik hujan masih halus membasahi. 

    Antusias penonton dalam pagelaran seni Padang Bulan di Candi Jawi selasa 26 Maret 2013
    Tepat Pukul 19.30 acara pagelaran seni padang bulan dimulai, seperti pada acara umumnya pagelaran ini tetap dibuka oleh seorang MC (pembawa acara) yang berpakaian layaknya adat jawa dengan khas belangkon di kepala. Penampilan pertama diawali dengan adegan para warok, kemudian dilanjutkan tari jatilan yang dimainkan oleh anak-anak, atas binaan salah satu sanggar seni yang ada di Teretes Pandaan. Suasana pelataran candi yang bisa dibilang sempit untuk dijadikan tempat acara, saat itu tampak mulai padat dengan antusias penonton yang ingin melihatnya secara langsung, sesekali para petugas keamanan menertibkan penonton yang ada di depan panggung acara, untuk tidak menghalangi penonton yang ada dibawah candi. Tak berselang lama dari dimulainya acara, cuaca kembali tidak bersahabat, operator sound system yang mulanya sibuk dengan hanya mengatur-ngatur suara kini sedikit dibuat sibuk untuk menutupi beberapa peralatan agar tidak basah terkena air, saya pun juga mulai sesekali mengusap kamera dan bahkan memasukkan kamera kedalam jaket yang saya kenakan agar tidak banyak terkena curah hujan. Tapi berbeda dengan penonton yang hanya cuek dengan tetap tenang melihat pertunjukan ini, seolah dinginnya air hujan sudah berubah menjadi penghangat bagi mereka, sekalipun ada juga dari sebagian yang sudah mengenakan payung. Dilanjutkan pertunjukan seni selanjutnya adalah jejer kerajaan dan kemudian tari ganong. Tari ganong dimainkan oleh anak-anak juga, hanya saja pada tarian ini menggunakan properti jaranan ditiap liak-liuk geraknya, beberapa tamu dari dinas terkait yang juga sebagai pemerkasa kegiatan rutinitas ini sangat antusias menikmati pertunjuakan. Pagelaran seni padang bulan yang diadakan di Candi Jawi, tiap malam bulan purnama memang bukan asal saja menentukan waktunya, akan tetapi juga sebagai estafet budaya yang pernah ada pada masa kerajaan yang lalu, dimana dahulu setiap malam bulan purnama banyak anak-anak yang bermain di Candi Jawi ini, oleh karena itu untuk tetap melestarikan budaya bangsa dengan tetap bernuansakan masa kerajaan yang lalu, maka kegiatan rutinitas pagelaran seni ini diadakan tiap malam bulan purnama. walaupun sempet-sempetnya juga saya berpikiran kirain juga sebagai pemujaan para dewa, eh tapi ternaya bukan. 
    Reog Ponorogo menjadi penampilan utama sekaligus penutup pagelaran seni padang bulan di Candi Jawi Teretes-Pandaan malam ini
    Puncak pagelaran malam ini menampilkan legenda reog ponorogo, yang menceritakan kisah perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri yaitu Dewi Sanggalangit. Kemudian sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru, dan kemudian Prabu Kelana Sewandana membuat kesenian baru itu dengan dinamai reog ponorogo. Betapa riuh jerit suara penonton yang didominasi anak-anak nampak begitu takut karena tampilan reog yang menyeramkan, tapi banyak juga yang bahkan tertawa lepas menikmati pertunjukan ini. sejenak saat itu jadi teringat juga masa kecil saya yang lari terbirit-birit saat melihat penampilan reog setiap karnaval 17 agustusan, walaupun tak jarang juga curi-curi pandang dari balik cendela untuk tetap melihatnya. Karena waktu sudah larut malam kemudaian pagelaran seni pada malam ini diakhiri dengan jabatangan dan foto bersama antara pemain dan tamu undangan dari dinas terkait. 

    *Anggota JC DIFOTO X

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Mohon Selalu Kritik & Sarannya Untuk Perubahan Yang Lebih Baik